Penggunaan plastik sudah menjadi kebudayaan yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Terus ada nggak negara yang melarang penggunaan plastik? Coba aja kamu masuk ke dalam supermarket, lihat sekeliling mu. Plastik dimana-mana. Kira-kira gimana tuh nguranginnya? Tau nggak rata-rata kantong plastik supermarket bisa memakan waktu hingga 1.000 tahun untuk terurai.
Hal ini pasti menjadi ancaman buat lingkungan hidup karena plastik memiliki efek hebat yang sangat merusak lingkungan.
Fakta : Rwanda menjadi negara yang pertama kali melarang plastik sepenuhnya. Ketika negara-negara lain di dunia baru mulai berpikir untuk mengenakan pajak pada kantong plastik, Rwanda malah negara yang melarang penggunaan plastik sepenuhnya.
Sejak tahun 2008, membawa tas plastik di Rwanda bisa mebuat kamu dihukum penjara, walaupun pada kenyataannya hanhya di denda sekitar $ 61.
Larangan kantong plastik Cuma merupakan awal bagi Rwanda, yang sekarang mengisyaratkan untuk menjadi negara bebas plastik pertama di dunia dan berencana untuk menjadi sepenuhnya bebas plastic tahun 2020.
Menurut situs www.statista.com, Indonesia merupakan negara kedua yang banyak mencemari lautan!
Malu ya?
“In 2010, 8.8 million metric tons of mismanaged plastic waste came from China with an estimated 3.53 million metric tons of it ending up in the ocean. A total of 3.2 million metric tons of mismanaged plastic waste came from Indonesia and it is estimated that 1.29 million metric tons became plastic marine debris. The United States is also guilty of polluting oceans with plastic, but at a much lower level than China. Annually, 0.11 million metric tons of waterborne plastic garbage comes from the United States”.
You will find more infographics at Statista
https://www.statista.com/chart/12211/the-countries-polluting-the-oceans-the-most/
Di bawah ini ialah beberapa negara yang melarang masyarakat menggunakan kantong plastik yang diambil dari berbagai sumber. Ini merupakan langkah serius dalam perlombaan untuk mengurangi penggunaan plastik.
Inggris
Pada Januari 2018, Inggris mengumumkan rencana 25 tahun untuk “menetapkan standar emas global” untuk menghilangkan limbah plastik, menurut menteri lingkungan Michael Gove.
“Langkah besar” pertama adalah untuk menghilangkan microbeads plastik, yang tidak digunakan lagi dalam produk kosmetik. Plastik kecil ini ditemukan dalam produk-produk seperti lulur, cuci muka, pasta gigi, dan produk pembersih. Karena bentuknya yang sangat kecil, akhirnya bermuara di lautan, tempat plastik itu akhirnya dimakan makhluk laut dan masuk kedalam rantai makanan manusia.
Di Inggris juga telah memungut pajak atas kantong plastik. Perdana Menteri Theresa May juga telah mengumumkan tentang larangan sedotan plastik, pengaduk, dan cotton buds, yang akan diluncurkan akhir tahun 2019 ini.
Ratu Inggris juga menyatakan perang terhadap plastik, dengan melarang sedotan plastik dan botol-botol pada bulan Februari 2019 lalu.
Kenya
Pada Agustus 2017, siapa pun yang ditemukan di Kenya menggunakan, memproduksi, atau menjual kantong plastik menghadapi hukuman empat tahun penjara, atau denda $ 38.000.
Ini ialah larangan kantong plastik yang paling keras di dunia, dan mendorong beberapa solusi kreatif yang serius.
Di Indonesia malah mengimpor sampah.. Kalah dong sama Kenya!
Vanuatu
Pada 30 Juli 2017, pada hari kemerdekaan negara ini, mereka mengumumkan dimulainya penghapusan secara bertahap kantong plastik dan botol.
Ketika diterapkan, itu akan melarang penggunaan atau impor kantong plastik sekali pakai dan botol – hal ini akan membuat Vanuatu menjadi negara Pasifik pertama yang meluncurkan larangan semacam itu.
Masih banyak beberapa negara yang melarang penggunaan plastik untuk kelestarian lingkungan hidup masyarakatnya.
Penggunaan plastik memang harus dikurangi secepat mungkin, kita bisa melakukannya dengan cara membawa sendiri kantong plastik ketika belanja, membeli kemasan dalam jerigen dan bukan sachetan kecil, membawa botol minuman sendiri untuk di refill dan banyak lagi.
Setidaknya tindakan kecil jika di mulai dari diri sendiri dan dilakukan banyak orang akan mempunyai efek yang besar pula.
Baca Juga : Susahnya Mengantri di Indonesia, Gimana Mau Maju?